Cari Makalah Disini

...............................................................................

ASKEP SECTIO CAESAR

LAPORAN PENDAHULUAN
A.    Konsep Dasar

1.      Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding  
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
a.   Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8 cm).
b.   Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio.
c.   Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d.   Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e.   Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2.      Indikasi 
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 118) adalah
sebagai berikut :

1.   Indikasi Ibu

a.        Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
b.       Panggul sempit.
c.        Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
d.      Partus lama (prolonged labor).
e.       Ruptur uteri mengancam.
f.       Partus tak maju (obstructed labor).
g.       Distosia serviks.
h.      Pre-eklampsia dan hipertensi.
i.        Disfungsi uterus.
j.        Distosia jaringan lunak.

2. Indikasi janin dengan sectio caesarea:
   a. Letak lintang.
   b. Letak bokong.
   c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
   d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
  tidak berhasil.

e. Gemelli menurut Eastman, sectio caesarea di anjurkan:

 a). Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation)
 b). Bila terjadi interlok (locking of the twins).
 c). Distosia oleh karena tumor.
 d). Gawat janin.

   f. Kelainan Uterus :

  a). Uterus arkuatus.
  b). Uterus septus.
  c). Uterus duplekus.
  e). Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke
pintu atas panggul.

3.      Klasifikasi

Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
(Mochtar R, 2002: 120), yaitu :

1. Sectio Transperitonealis Profunda
Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dewasa ini dengan insisi di segmen bawah uterus.

a. Keunggulan / kelebihan cara ini antara lain sebagai berikut :

    a). Perdarahan luka insisi tidak banyakb). Penjahitan luka lebih mudah

    c). Penutupan luka dengan reperitonial yang baik

    d). Tumpang tindih dari peritonial Flap baik sekali untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritonium.

    e) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di
kemudian hari.

b. Kelemahan / kerugian adalah sebagai berikut :

    a). Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan
putusnya arteri uterina.

    b). Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

2. Sectio Korporal atau Klasik

    Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesaria transperitonialis profunda misalnaya, melekat erat uterus pada dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus megandung bahaya perdarahan yang banyak.

a. Kelebihan :

    a). Mengeluarkan janin lebih cepat.

    b). Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

    c). Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.

b. Kekurangan :

    a). Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.

    b). Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.

    c). Sectio Caesarea Peritoneal

         Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini jarang di lakukan.

    Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.

b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.

    Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas:

a) Sectio primer : direncanakan pada waktu antenatal care.

b) Sectio sekunder : tidak direncakan terlebih dahulu sewaktu sulit.


4. Manifestasi Klinik

Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea, antara lain :

a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.

c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.

d.  Bising usus tidak ada.

e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.

f.  Balutan abdomen tampak sedikit noda.

g.  Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :

1. Infeksi puerperal (nifas)

    a. Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut

sedikit kembung.

    c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

2. Perdarahan disebabkan karena :

    a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

    b. Atonia uteri.

    c. Perdarahan pada placental bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.



6. Penatalaksanaan Medis

    Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2007), yaitu :

1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.

3. Pemberian analgetik dan antibiotik.

4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.

5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan.

6. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.

7. Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada
hari ke empat setelah pembedahan.
8. Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia.


B.     Asuhan Keperawatan

1.   Pengkajian
Menurut Doenges (2001), data yang biasa ditemukan pada pengkajian kasus persalinan dengan tindakan sectio caesarea adalah sebagai berikut :

a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.

b. Integritas Ego

Klien dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri.

c. Eliminasi

Karakter urine, urine jernih, pucat.

d. Makanan / Cairan

    a). Abdomen lunak dengan tidak ada distensi.

    b). Bising usus tidak ada, samar atau jelas.

e. Neurosensori

Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural.

f. Nyeri / Ketidaknyamanan

Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya :
trauma bedah / insisi, distensi kandung kemih / abdomen.

g. Pernapasan

Bunyi paru jelas.

h. Keamanan

Balutan abdomen tampak kering dan utuh.

i. Seksualitas

    a). Fundus kontraksi kuat dan terletak di ambilikus.

    b). Aliran lochia sedang dan bebas bekuan berlebihan.

2.   Diagnosa Keperawatan

a.       Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terangsangnya mediator nyeri akibat terputusnya continuitas jaringan

b.      Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kurang pengetahuan iu/klien tentang imobilisasi post SC

c.       Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada luka post op SC

3.   Intervensi keperawatan

a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terangsangnya mediator nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan.
·         Tujuan:
Rasa nyaman klien terpenuhi
·         Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam klien menunjukkan dengan Kreteria hasil:
§  Ekspresi wajah rileks
§   Skala nyeri 0-1
§  Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Ø  Atur posisi klien senyaman
mungkin misalnya posisi supine.
Ø  Ajarkan teknik mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi (menarik
nafas dalam)
Ø  Lakukan distraksi nyeri
Ø  Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dan identifikasi hal-hal yang menimbulkan kecemasan.
Ø  Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, nadi, respirasi serta catat perubahannya.
Ø   Kolaborasi pemberian analgesik jika rasa nyeri meningkat sesuai program pengobatan.

Leave a Reply