Cari Makalah Disini

...............................................................................

MANAJEMEN NYERI

Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang masih basah atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran pantauan untuk mengkaji status nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau mobilisasi dini pada pasien post operasi atau pasien trauma. Untuk mencegah atau mengontrol nyeri perlu perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji status nyeri pasien. Pada dasarnya pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan optimal oleh penderita atau pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi risiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.

            Ruang rawat inap khusus bedah memiliki peranan penting untuk menangani masalah nyeri pada pasien terutama pasien post operasi juga pasien trauma. Ruang Bedah Thoraks sebagai salah satu ruang rawat inap bedah juga memiliki tanggung jawab dalam pemulihan kondisi pasien post operasi maupun pasien trauma. Keluhan nyeri yang sering muncul pada pasien post operasi atau pasien trauma menandakan kurangnya pengetahuan pasien ataupun keluarga untuk menanggulangi atau kiat-kiat untuk mangatasi atau mengontrol nyeri. Hal ini perlu diperhatikan agar nyeri pasien sedini mungkin dapat dikontrol atau diatasi untuk penyembuhan yang seoptimal mungkin.

B.      Tujuan
1.      Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit, diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri pada pasien trauma.

2.      Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga  diharapkan mampu:
a.       Menjelaskan pengertian nyeri.
b.      Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri.
c.       Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
d.      Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka akibat post operasi
e.       Menjelaskan metode distraksi




C.    Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab

D.    Media
Leaflet

E.     Materi Penyuluhan
1.      Pengertian Nyeri
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
3.      Mengkaji Persepsi Nyeri
4.      Cara-cara Mengatasi Nyeri pada Luka Akibat trauma
(Materi Terlampir)

F.     Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1.      Apa pengertian dari nyeri?
2.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri!
3.      Sebutkan cara mengkaji persepsi nyeri!
4.      Sebutkan cara-cara mengatasi nyeri pada luka akibat trauma!


G.    Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Hari/Tgl/Jam
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan Pasien dan keluarga
Kamis, 08 Maret 2012
Pukul 10.00 – 10.30
 Wita
1.      Pembukaan
(5 menit)
§ Mengucapkan salam.

§ Menyebutkan nama dan asal.

§ Menjelaskan tujuan.


§ Mengkaji tingkat pengetahuan Pasien dan keluarga tentang nyeri.

§ Pasien dan keluarga membalas salam.
§ Pasien dan keluarga menerima kehadiran mahasiswa dengan baik.
§ Pasien dan keluarga memahami tujuan dengan baik.
§ Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam diskusi awal.

2.      Inti
(20 menit)
§ Menjelaskan tentang pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, cara-cara mengatasi nyeri pada luka akibat Post operasi..
§ Memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

§ Pasien dan keluarga mendengarkan dan memperhatikan dengan baik.



§ Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan.
3.      Penutup
(5 menit)
§ Mengevaluasi tujuan penyuluhan kesehatan.


§ Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan dan memberi salam penutup.

§ Pasien dan keluarga  mampu menjawab/menjelaskan kembali.
§ Pasien dan keluarga membalas salam.



























MATERI PENYULUHAN

A.    Pengertian Nyeri
1.     Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006).
2.     Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006).

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1.   Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi diberbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.
2.   Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3.   Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri.
4.   Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan  cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya.
  1. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
  1. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
  1. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
  1. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan/total.
  1. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.

C.    Cara-cara Mengatasi Nyeri pada Akibat Trauma
1.      Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri
a.       Ketidakpercayaan
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyeri.
b.      Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami bersifat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
c.       Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
d.      Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.
e.       Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan, dan sebagainya.


2.      Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti:
a.       Teknik Distraksi
§  Menonton TV
§  Berbincang-bincang dengan orang lain
§  Mendengarkan  musik
b.      Teknik relaksasi
§  Menganjurkan pasien untuk menarik napas
§  Mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
c.       Stimulasi kulit
§  Menggosok secara halus pada daerah nyeri
§  Menggosok punggung
§  Menggunakan air hangat dan dingin
3.      Pemberian analgetik, yang dilakukan mengganggu atau memblok transmisi stimulasi agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgetiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah Aspirin, Asetaminofen, dan bahan antiinflamasi non steroid. Golongan Aspirin (Asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 hours. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protombin jika diberikan dalam dosis yang besar. Golongan Asetaminofen sama dengan Aspirin, tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis Non Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis yang rendah dapat berfungsi sebagai analgetik. Kelompok obat ini meliputi Ibuprofen, Mefenamic acid, Fenoprofen, Naprofen, Zomepirac dan lainnya.
4.      Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan menghambat atau mengubah stimulasi nyeri yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
§  Transcutaneus electrical stimulator (TENS) digunakan untuk mengontrol stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode di luar.
§  Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang dimasukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan kolumna vertebrae.
§  Stimulator kolumna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit intra klavikula atau abdomen, yaitu electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.

5.      Terapi Relaksasi yang biasa diterapkan
Ø  Terapi atau tekhnik nafas dalam guna mengurangi atau mengontrol rasa nyeri yang dirasa datang tiba-tiba.
Ø  Terapi pengalihan nyeri dengan cara mengalihkan focus bukan pada rasa nyeri, melainkan pada fokus yang lain seperti berbincang-bincang, menonton televisi, mendengarkan musik, atau hal lain sehingga dapat mengalihkan perhatian dari nyeri.
Ø  Tekhnik pemijitan atau pengurutan secara halus pada bagian yang dirasa nyeri, dengan cara mengurut secara melingkar di sekitar area luka yang di rasa nyeri dengan sentuhan lembut.
D.    Teknik Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapatmenurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Tujuan : yait menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
Cara Teknik Distraksi :
·         Distraksi Visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan,dan gambar.
·         Distraksi  Audio
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air.
Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
·         Distraksi Pernafasan
Dengan teknik nafas dalam

Leave a Reply